By Nurul Anisa
Noken atau tas khas Papua bukan hanya sekedar alat untuk membawa barang, tas tersebut memiliki nilai budaya yang diwariskan leluhur. Ketua Komunitas Mamak Noken Raja Ampat, Yeni mengatakan noken di Papua ada lebih dari satu jenis. Noken Wamena yang terbuat dari akar, akan berbeda dengan yang di Raja Ampat.
Karena warisan leluhurnya pun berbeda. “Noken itu warisan, jadi merupakan budaya yang harus dilestarikan. Fungsinya tak hanya untuk bawa barang, tapi sampai penyambutan tamu dan yang lain,” kata Yeni yang biasa disapa kaka Yuni. Noken Raja Ampat terbuat dari ilalang liar, yang hanya tumbuh di beberapa rawa pulau saja.
Seperti rawa di Pianemo. Kalau yang khas Raja Ampat tersebut, punya beberapa desain yang berbeda, tergantung fungsinya. Seperti untuk penyambutan raja, terdapat mahkota empat di atasnya, sebagai penutup tas. Sedangkan untuk rakyat biasa, berbentuk kotak biasa.
“Sebenarnya sudah tidak perlu dikenalkan lagi, karena sudah merupakan budaya. Tapi memang dulu hanya sekadar pengisi waktu luang, jadi hanya satu-dua saja ditemukan wisatawan, padahal ini amat bernilai,” ungkap Yuni. Ia mejelaskan, dahulu tas tersebut sangat berguna fungsinya, mulai membawa barang, tempat-tempat menyimpan barang di rumah, hingga simbol penyambutan saat ada tamu adat. Menurutnya, di Raja Ampat ini semua bahan pembuatannya sebenarnya sudah ada dari mulai ilalang, pelepah sagu, daun tikar, dan kulit kayu. Namun, pewarnaan motif-motif yang baik, pemasaran, dan banyak lainnya mereka masih bingung. Oleh karena itu, ia rasa butuh orang yang bisa menjembatani itu.
Memberikan semangat, memberikan penyuluhan, hingga menyambungkan masyarakat pada wisatawan sebagai pasar, dan pemerintah sebagai pendukung. “Saya hanya ingin, kampung ini bukan hanya bisa dilihat lautnya, tapi juga ada masyarakat yang di dalamnya berbudaya, dan menghasilkan kreativitas,” tutup Yeni. Source: https://khalfani.co.id/